rumbiah bertumbuh menghasilkan sagu). Artinya: Usaha yang dikerjakan dengan tekun dan tabah akan membawa
hasil dan manfaat di masa mendatang
.
Komentar: Papan dan sagu yang bermutu datang dari pohon kayu dan pohon rumbiah yang subur. Pohon kayu dan pohon rumbiah
subur jika dirawat dan dipelihara dengan baik. Begitulah kesuksesan hidup seseorang, ditentukan oleh ketekunan dan
ketabahan dalam memperjuangkan hidupnya.
2“Angrehi ni bayoin, angrehi ni balafan” (Bahasa dengan bunganya, bahasa juga dengan sarungnya). Artinya:
Bertutur kata dengan halus dan sopan menyenangkan orang yang mendengar, begitu juga bertutur kata dengan seni
bahasa yang baik menarik orang untuk menyimak.
Komentar: Kata-kata yang sopan mendatangkan kawan, kata-kata yang kasar menimbulkan lawan. Jawaban yang lembut
meredam amarah, jawaban yang pedas membangkitkan benci > Tradisi Evav untuk untuk menyampaikan suatu maksud penting
secara hormat, lazimnya orang menggunakan peribahasa, pepatah dan perumpamaan (Liat Dalil, Sukat Sarang, Misil Masal).
berbelit-belit, atau pembicaraan yang disamarkan sehingga orang sulit memahami maksud yang sebenarnya.
Komentar: Orang yang berusaha menghindar dari kesalahan, tampak dari kesaksian atau keterangan yang disampaikannya
secara berbelit-belit > Kita sendiri tanpa sadar seringkali menggunakan istilah-istilah yang tak lazim, tanpa mempertimbangkan
situasi atau orang yang mendengarkan kita, sehingga maksud yang hendak kita sampaikan, kurang dipahami oleh orang lain
bahkan timbul kesalahpahaman.
(Catatan: Ngeng adalah sejenis tanaman bertangkai satu yang daunnya bercabang-cabang dan ujungnya bergulung-gulung).
4.“Bafof en fok hauk nuhu, tek en ba hauk wear” (Benda hanyut mencari daratan, timba dibawa mencari sumur).
Artinya: Masing-masing orang sudah memiliki kodratnya masing-masing untuk saling melengkapi.
Komentar: Setiap orang mempunyai kelebihan maupun kekurangan. Baiklah kelebihan kita melengkapi kekurangan dia, dan
kelebihan dia melengkapi kekurangan kita. Begitulah kita hidup untuk saling melengkapi timbal balik.
5“Bes ni bavilun mas” (Besi bersarung emas). Artinya: Tindak tanduk yang sopan dan tutur kata yang manis hanya
untuk membungkus niat yang curang dan hati yang jahat.
Komentar: Kita tak pantas berburuk sangka terhadap orang lain, tetapi tetaplah waspada supaya kita tidak tertipu oleh orang
lain > Imbalanmu datang dari apa yang engkau lakukan, maka janganlah berlaku curang, supaya engkau pun tidak dicurangi.
6“Bulin en tod kav” (Jarum menuntun benang). Artinya: Pengetahuan diturunkan dari generasi ke generasi, begitulah
guru menuntun murid, atasan menuntun bawahan, orang-tua menuntun anak, dan seterusnya.
Komentar: Guru/atasan/orang-tua ibarat jarum, murid/bawahan/anak ibarat benang. Benang akan mengikuti jalannya jarum,
maka didiklah orang muda menurut jalan yang pantas baginya, supaya di masa tuanya ia pun tak menyimpang dari jalan itu.
7“Foing fo kut foin, fau fo banglu vatu” (Dikebat menjadi suluh seikat, ditempa menjadi peluru sebutir). Kut
yaitu sejenis suluh yang terbuat dari beberapa sayatan mayang kelapa yang sudah kering, disatukan lalu dikebat (diikat).
Artinya: Bersatu bersama untuk mencapai tujuan.
Komentar: Kata ajakan untuk membangkitkan semangat persatuan dan kebersamaan. Bersatu kita teguh, bersama kita
kuat!.
8“Na sbit naa u, na skeb naa mur” (Tersandung di depan, terkait di belakang). Artinya: Menghadapi tantangan
dan rintangan dalam perjuangan hidup.
Komentar: Tantangan dan rintangan memang senantiasa ada dalam setiap perjuangan hidup, dan kegagalan senantiasa
mengancam orang yang takut menghadapinya. Tetapi engkau akan menjadi juara jika engkau pernah gagal, tetapi kemudian
bangkit dan berjuang terus.
9“Ngoin lean” (Mulutnya bercelah). Artinya: Suatu ungkapan terhadap orang yang tidak dapat dipercaya, tidak
dapat menyimpan rahasia, atau orang yang suka berbohong.
Komentar: Kita mengutuk dia yang membuka rahasia kita, padahal kita sendirilah yang terlebih dahulu membuka rahasia
kita kepadanya. Jika ucapanmu tidak ingin disampaikan kepada semua orang, jangan pernah ucapkan kepada seorangpun.
Orang yang bersedia berbohong untukmu, pada akhirnya akan berbohong kepadamu.
10“Mel en velaar, ne balit en ngung” (Tangan kanan terbuka, sedangkan tangan kiri terkatup). Artinya: Dua
pendapat atau dua keputusan yang saling bertolak belakang.
Komentar: Kadangkala kita berhadapan pada situasi yang serba sulit. Betapa tak enak bagi seorang anak bila bapaknya
setuju, tetapi justru ibunya melarang. Kesepakatan itu memang sulit diwujudkan jika tak ada keiklasan, dan keiklasan itu
memerlukan kejujuran. Apalah artinya kesepakatan jika tanpa keiklasan?, dan apa pula artinya keiklasan tanpa kejujuran?
11“Nger nar ngiv” (Parang menuduh pisau). Artinya: 1) Saling mempersalahkan, padahal sama-sama berbuat salah.
2) Saling menonjolkan kelebihan, padahal sama-sama berkekurangan.
Komentar: Parang dan pisau sama-sama tajamnya, jika mereka mulai saling beradu, menghindarlah!
12“Nger ngiv inan” (Hasil dari parang dan pisau). Artinya: Manfaat atau penghasilan yang diperoleh dari hasil
keringat kita sendiri.
Komentar: Sekecil apapun hasil yang engkau peroleh, puaslah atas hasil usahamu sendiri, sebab ketidakpuasan adalah pintu
menuju keserakahan. Bukankah harta yang cepat diperoleh akan cepat pula berkurang?
13“Aimor en fok hauk vavain, ne vatfur en fok yilyal” (Buah pohon bakau hanyut mencari kehidupan, sedangkan batu apung
hanyut kesana-kemari). Artinya: Setiap usaha yang punya tujuan akan berhasil baik, sebaliknya usaha tanpa tujuan
akan sia-sia belaka. Setiap usaha yang dilakukan dengan serius akan mencapai tujuan, sebaliknya usaha yang tidak
serius akan kandas sebelum tujuan. (bm)
Komentar: Aimor (buah pohon bakau) dan vatfur (batu apung) sama-sama hanyut mengikuti arus, tetapi aimor hanyut mencari
tempat baru supaya ia tumbuh dan berkembang-biak, sedangkan vatfur hanyut hanya mengikuti arus hingga akhirnya
terdampar di pinggir pantai lalu musnah.
14“Ko en tod laai, sian en tod lulin” (Yang kecil menarik yang besar, yang buruk menarik yang elok). Artinya:
Sesuatu usaha dimulai dari yang sedikit, yang kecil atau yang masih buruk keadaannya, asalkan sungguh-sungguh
diusahakan, tentu akan berhasil jua.
Komentar: Setiap perjuangan selalu tampak sulit pada awalnya, tetapi inisiatif untuk memulainya merupakan awal dari
keberhasilan, dan ketekunan itulah alatnya. Bukankah gedung tinggi yang megah pada awalnya hanyalah sebidang tanah?
15“Sian fatnim, ne bok maninin” (Yang buruk milik sendiri, yang elok barang pinjaman). Artinya: Biarlah jelek asalkan
milik sendiri daripada elok tetapi milik orang lain.
Komentar: Milik orang lain seringkali menarik hati kita, tetapi tidakkah engkau tahu bahwa milik kita sendiri juga menarik hati
orang lain? “Mengapa hatimu sedih bila tak punya sepatu, lihatlah si buntung bahkan tak punya kaki!”. Belajarlah mensyukuri apa
yang sudah engkau miliki.
16“Fel vatmet en dok diu” (Bagai batu besar melengket di pantat). Artinya: Perumpamaan terhadap seorang pemalas.
Komentar: Wahai pemalas, rajin itu bagaikan uang tabungan, semakin banyak ditabung semakin besar bunganya. Bangunlah dan
pergilah kepada semut, perhatikanlah kerajinan mereka, dan jadilah bijak.
17“En tub fo tom, en dir fo tad” (Tertanam sebagai sejarah, tegak sebagai bukti). Artinya: 1) Sekali ditetapkan
hendaklah dijunjung, sekali disepakati hendaklah dihormati. 2) Sejarah telah menyatakan, dan fakta telah
membuktikan.
Komentar: Kesepakatan, sejarah dan fakta, seringkali diabaikan orang demi kepentingan dirinya sendiri, bahkan sampai
merugikan pihak lain. Tetapi engkau akan dikenang karena kebajikan yang engkau lakukan, ataupun karena kesengsaraan yang
engkau ciptakan.
18“Ngung fefar nger ri’an” (Genggamlah hulu parang hingga retak). Artinya: Kata ajakan memberi semangat untuk
tetap terus berjuang dan pantang menyerah.
Komentar: Percaya diri memperkuat semangat berjuang menghadapi tantangan, melewati rintangan. >Setiap perjuangan yang
engkau lakukan membuktikan bahwa engkau pantang menyerah, dan cita-cita yang engkau capai akan menyegarkan jiwa dan
ragamu pada akhirnya.
19“Raam fo baloat” (Panjangkanlah hatimu). Artinya: Kata nasihat penghiburan kepada seseorang yang sedang
berduka atau mengalami sesuatu musibah yang menyedihkan hatinya. Juga dikatakan kepada orang yang hendak pergi
memperjuangkan tugas yang penting, supaya ia siap dan tabah menghadapi rintangan.
Komentar: Saling menasihati dan saling menghibur menebarkan kasih diantara kita. >Setiap orang yang jatuh tetapi bangkit
kembali, maka ia akan bertambah kokoh di saat pencobaan, sebab setiap duka yang kita alami mengasah diri kita untuk menjadi
kuat.
20“Limad en tok vesad, matad en tok arud” (Tangan kita tak sampai ke belikat, mata kita tak sampai ke telinga).
Artinya: Setiap manusia mempunyai batas-batas kemampuan.
Komentar: Suatu kenyataan bahwa tidak semua yang kita inginkan akan kita peroleh, dan tidak semua yang kita perjuangkan
akan berhasil. Tetapi peribahasa lain mengatakan: “It ta tai fo sor ru vakbo Hira en tai fo sor tel” (Kita memintal menjadi
dua lembar supaya Dia memintal menjadi tiga lembar). Bahwa manusia wajib berusaha supaya Tuhan lah yang akan menggenapi.
21Ora et labora!
“U en tur, faruan en haraang, mur en dunga” (Di depan menunjuk, di tengah mengasuh, di belakang
mengemudikan). Artinya: Berada di depan memberi teladan, berada di tengah memberi bimbingan, berada di
belakang memberi arahan. (bm)
Komentar: Keteladanan bagaikan pelita di depanmu supaya dan engkau mengikutinya. Bimbingan bagaikan kamus disampingmu
supaya engkau melakukannya dengan benar. Arahan bagaikan kemudi di belakangmu supaya engkau tidak tersesat. Pemimpin
yang bijak melakukan ketiga-tiganya.
22“U do faruan, mur do faruan vuk” (Yang di depan agak ke tengah, yang di belakang juga agak ke tengah)tengok jua
ke belakang, sedangkan yang di belakang tengok jua ke depan). Artinya: 1). Yang sudah berlalu menjadi pengalaman,
yang akan datang menjadi harapan. 2). Yang menang janganlah takabur, yang kalah janganlah putus asa. (bm)
Komentar: Berfikirlah dahulu sebelum bertindak. Siapa yang berada di tempat tinggi dapat saja jatuh kebawah, siapa yang
berada di tempat rendah dapat juga naik keatas. Begitulah seorang hartawan akan jatuh miskin karena kebodohannya,
sedangkan si miskin akan menjadi kaya karena kepintarannya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Renyaan. Ph., Misil Masal – Liat Dalil – Sukat Sarang EVAV, Langgur, tanpa tahun.
2. “Masa Lalu dan Masa Depan Bahasa Kei”, Seminar, Tual, 1990.
3. Ohoitimur. Y., Hukum Adat dan Sikap Hidup Orang Kei, Seri Mitra No. 1, Manado, 1996.
4. “Membangun Maluku Tenggara Di Era Otonomi Dan Globalisasi”, Seminar, Jogyakarta, 2002



9 komentar:
semoga bermanfaat bagi kita semua
kalau ada yang kurang harap maklum...dan mohon masukannya
makasih banget buat posting ini. saya ambil jadi motivasi yah :-) salam..
Bagus sekali toran...
Sangat bermnafaat... Bangga jadi anak kei
Kreb skali...
I love Evav
sangat bermanfaat.. terus memposting hal2 positif sperti ini jadi bekal buat kami anak muda modern yng miskin akan kekhasan budaya kita.
Kemarin sempat cari cari...bingung mau tanya di siapa Alhamdulillah terima kasih ..Mohon izin copas buat di taru di sekolah.tabe