-->
dir u ham wang.. dir u dir um taha batbatang nuhu enhov ni barloang...dir u dir um turuk surak mu lora vo bok...nit yamad ubud nusid erbatang harang
SEKILAS NUHU EVAV
16.25 | Author: green
Nuhu Evav (nuhu artinya pulau atau negeri)
yang sekarang lebih dikenal dengan nama Kai atau Kei, merupakan
negeri kepulauan yang terletak di perairan laut Banda, diapit oleh pulau Seram dan Papua di bagian utara,
kepulauan Tanimbar di bagian barat daya, dan pulau Aru di bagian timur. Nuhu Evav ini terdiri dari 3 pulau besar
yaitu Nuhu Yuut (pulau Kei Besar), Nuhu Roa (pulau Kei Kecil) dan Nuhu Du (pulau Dulla), dan 5 pulau sedang yaitu
Atnebar Evav (pulau Tanimbar Kei), Taam, Walir, Tahyad (Tayando), dan Kuur, serta berpuluh puluh pulau kecil
lainnya.
Penduduknya merupakan satu rumpun masyarakat adat yaitu rumpun Masyarakat Adat Evav. Evav adalah nama
identitas diri yang sudah dipakai oleh penduduk negeri ini sejak nenek moyang mereka dahulu. Nuhu Evav (negeri
evav), Teteen Evav (tetua evav), Veveu Evav (bahasa evav), dan seterusnya.
Tentang asal usul nama Evav itu, terdapat beberapa pendapat, antara lain:
Aivav (dari ai yang artinya pohon kayu, dan vav yang artinya babi hutan), maksudnya adalah gugusan pulaupulau
dengan pohon-pohon kayu yang besar dan rindang, dan terdapat banyak hewan babi hutan.
Havav (artinya sebelah utara), maksudnya adalah gugusan pulau-pulau yang terletak di bagian utara.
Secara geografi, memang kepulauan Evav ini terletak di bagian utara dari gugusan pulau-pulau yang
tersebar di bagian selatan dari kepulauan Indonesia.
Sedangkan nama Kai atau Kei baru dikenal belakangan. Konon katanya nama Kai atau Kei itu muncul setelah
kedatangan bangsa Portugis di kepulauan Maluku, kira-kira pada abad 16. Disebutkan bahwa nama Kai atau Kei itu
berasal dari perkataan Kayos (bahasa Portugis) yang artinya tanah berbatu keras. Memang pulau-pulau ini
merupakan pulau-pulau karang dengan lapisan tanah yang tipis, juga terdapat banyak batu-batu yang keras.




Namun demikian, belum ada kepastian di kalangan masyarakat di Nuhu Evav sendiri tentang asal usul nama Evav maupun Kai atau Kei itu. Maka kepada kaum cerdik pandai Nuhu Evav di jaman modern inilah diharapkan untuk melakukan studi yang lebih mendalam tentang sejarah asal usul nama Evav maupun Kai atau Kei itu.
Bentuk-bentuk kata ataupun perkataan-perkataan berbentuk syair atau peribahasa didalam bahasa aslinya, tidak Terdapat kata nama Kai atau Kei. Oleh karena itu, didalam buku ini kami hanya memakai kata nama Evav saja agar para pembaca terutama handai taulan kaum perakanan asal Nuhu Evav di perantauan dapat lebih mudah memahaminya.

Contoh 1
Veveu Evav (bahasa Evav), Nuhu Evav (negeri Evav), Teteen Evav (tetua Evav), Yanat Evav (anak keturunan
Evav), dan seterusnya.
Contoh 2
Adat dunyai ne baletan Evav (Adat di dunia dan sembah syukur di evav), artinya menjunjung tinggi hormat dan sembah syukur timbal balik terhadap sesama manusia.
Nit en il vavain ne mav en il Evav (Orang mati kembali hidup dan orang yang merantau kembali ke evav) artinya semua persoalan, perselisihan, kesusahan ataupun kesedihan sudah pulih kembali seperti semula. Wolean mav ne hamar Evav (Terang di tanah rantau dan siang di tanah evav) artinya (1) barang kepunyaan orang lain dianggap lebih menarik hati, padahal kita sendiri juga punya tetapi dianggap jelek. (2) buah fikiran orang lain lebih diperhatikan, padahal kita sendiri juga punya buah pikiran yang pantas diandalkan. Perkataan-perkataan diatas selalu memakai kata nama Evav (bukan Kai atau Kei) karena memang begitulah bahasa aslinya. Kita tidak bisa mengatakan: “Veveu Kei” atau “Nuhu Kei”, tetapi yang benar adalah Veveu Evav dan Nuhu
Evav.

Peribahasa Evav: “Ai er nem vakbo ngean, ne vat er nem vakbo lutur” (Kayu dikumpulkan lalu disusun menjadi
pagar, demikian juga batu dikumpulkan lalu ditumpuk menjadi tembok). Kita bekerja bersama-sama untuk
mencapai tujuan kita.
PERIBAHASA EVAV(LIAT DALIL)
00.52 | Author: green
1.“Ai dir en loloang te fofan, er dir en loloang te manga” (Pohon kayu bertumbuh menghasilkan papan, pohon
rumbiah bertumbuh menghasilkan sagu). Artinya: Usaha yang dikerjakan dengan tekun dan tabah akan membawa
hasil dan manfaat di masa mendatang
.
Komentar: Papan dan sagu yang bermutu datang dari pohon kayu dan pohon rumbiah yang subur. Pohon kayu dan pohon rumbiah
subur jika dirawat dan dipelihara dengan baik. Begitulah kesuksesan hidup seseorang, ditentukan oleh ketekunan dan
ketabahan dalam memperjuangkan hidupnya.

2“Angrehi ni bayoin, angrehi ni balafan” (Bahasa dengan bunganya, bahasa juga dengan sarungnya). Artinya:
Bertutur kata dengan halus dan sopan menyenangkan orang yang mendengar, begitu juga bertutur kata dengan seni
bahasa yang baik menarik orang untuk menyimak.

Komentar: Kata-kata yang sopan mendatangkan kawan, kata-kata yang kasar menimbulkan lawan. Jawaban yang lembut
meredam amarah, jawaban yang pedas membangkitkan benci > Tradisi Evav untuk untuk menyampaikan suatu maksud penting
secara hormat, lazimnya orang menggunakan peribahasa, pepatah dan perumpamaan (Liat Dalil, Sukat Sarang, Misil Masal).

3“Angrehi fel ngeng roan” (Perkataan bagai daun tanaman paku-paku). Artinya: Perkataan yang tidak jelas dan
berbelit-belit, atau pembicaraan yang disamarkan sehingga orang sulit memahami maksud yang sebenarnya.

Komentar: Orang yang berusaha menghindar dari kesalahan, tampak dari kesaksian atau keterangan yang disampaikannya
secara berbelit-belit > Kita sendiri tanpa sadar seringkali menggunakan istilah-istilah yang tak lazim, tanpa mempertimbangkan
situasi atau orang yang mendengarkan kita, sehingga maksud yang hendak kita sampaikan, kurang dipahami oleh orang lain
bahkan timbul kesalahpahaman.
(Catatan: Ngeng adalah sejenis tanaman bertangkai satu yang daunnya bercabang-cabang dan ujungnya bergulung-gulung).

4.“Bafof en fok hauk nuhu, tek en ba hauk wear” (Benda hanyut mencari daratan, timba dibawa mencari sumur).
Artinya: Masing-masing orang sudah memiliki kodratnya masing-masing untuk saling melengkapi.

Komentar: Setiap orang mempunyai kelebihan maupun kekurangan. Baiklah kelebihan kita melengkapi kekurangan dia, dan
kelebihan dia melengkapi kekurangan kita. Begitulah kita hidup untuk saling melengkapi timbal balik.

5“Bes ni bavilun mas” (Besi bersarung emas). Artinya: Tindak tanduk yang sopan dan tutur kata yang manis hanya
untuk membungkus niat yang curang dan hati yang jahat.

Komentar: Kita tak pantas berburuk sangka terhadap orang lain, tetapi tetaplah waspada supaya kita tidak tertipu oleh orang
lain > Imbalanmu datang dari apa yang engkau lakukan, maka janganlah berlaku curang, supaya engkau pun tidak dicurangi.

6“Bulin en tod kav” (Jarum menuntun benang). Artinya: Pengetahuan diturunkan dari generasi ke generasi, begitulah
guru menuntun murid, atasan menuntun bawahan, orang-tua menuntun anak, dan seterusnya.

Komentar: Guru/atasan/orang-tua ibarat jarum, murid/bawahan/anak ibarat benang. Benang akan mengikuti jalannya jarum,
maka didiklah orang muda menurut jalan yang pantas baginya, supaya di masa tuanya ia pun tak menyimpang dari jalan itu.

7“Foing fo kut foin, fau fo banglu vatu” (Dikebat menjadi suluh seikat, ditempa menjadi peluru sebutir). Kut
yaitu sejenis suluh yang terbuat dari beberapa sayatan mayang kelapa yang sudah kering, disatukan lalu dikebat (diikat).
Artinya: Bersatu bersama untuk mencapai tujuan.

Komentar: Kata ajakan untuk membangkitkan semangat persatuan dan kebersamaan. Bersatu kita teguh, bersama kita
kuat!.

8“Na sbit naa u, na skeb naa mur” (Tersandung di depan, terkait di belakang). Artinya: Menghadapi tantangan
dan rintangan dalam perjuangan hidup.

Komentar: Tantangan dan rintangan memang senantiasa ada dalam setiap perjuangan hidup, dan kegagalan senantiasa
mengancam orang yang takut menghadapinya. Tetapi engkau akan menjadi juara jika engkau pernah gagal, tetapi kemudian
bangkit dan berjuang terus.

9“Ngoin lean” (Mulutnya bercelah). Artinya: Suatu ungkapan terhadap orang yang tidak dapat dipercaya, tidak
dapat menyimpan rahasia, atau orang yang suka berbohong.

Komentar: Kita mengutuk dia yang membuka rahasia kita, padahal kita sendirilah yang terlebih dahulu membuka rahasia
kita kepadanya. Jika ucapanmu tidak ingin disampaikan kepada semua orang, jangan pernah ucapkan kepada seorangpun.
Orang yang bersedia berbohong untukmu, pada akhirnya akan berbohong kepadamu.


10“Mel en velaar, ne balit en ngung” (Tangan kanan terbuka, sedangkan tangan kiri terkatup). Artinya: Dua
pendapat atau dua keputusan yang saling bertolak belakang.

Komentar: Kadangkala kita berhadapan pada situasi yang serba sulit. Betapa tak enak bagi seorang anak bila bapaknya
setuju, tetapi justru ibunya melarang. Kesepakatan itu memang sulit diwujudkan jika tak ada keiklasan, dan keiklasan itu
memerlukan kejujuran. Apalah artinya kesepakatan jika tanpa keiklasan?, dan apa pula artinya keiklasan tanpa kejujuran?

11“Nger nar ngiv” (Parang menuduh pisau). Artinya: 1) Saling mempersalahkan, padahal sama-sama berbuat salah.
2) Saling menonjolkan kelebihan, padahal sama-sama berkekurangan.

Komentar: Parang dan pisau sama-sama tajamnya, jika mereka mulai saling beradu, menghindarlah!

12“Nger ngiv inan” (Hasil dari parang dan pisau). Artinya: Manfaat atau penghasilan yang diperoleh dari hasil
keringat kita sendiri.

Komentar: Sekecil apapun hasil yang engkau peroleh, puaslah atas hasil usahamu sendiri, sebab ketidakpuasan adalah pintu
menuju keserakahan. Bukankah harta yang cepat diperoleh akan cepat pula berkurang?

13“Aimor en fok hauk vavain, ne vatfur en fok yilyal” (Buah pohon bakau hanyut mencari kehidupan, sedangkan batu apung
hanyut kesana-kemari). Artinya: Setiap usaha yang punya tujuan akan berhasil baik, sebaliknya usaha tanpa tujuan
akan sia-sia belaka. Setiap usaha yang dilakukan dengan serius akan mencapai tujuan, sebaliknya usaha yang tidak
serius akan kandas sebelum tujuan. (bm)

Komentar: Aimor (buah pohon bakau) dan vatfur (batu apung) sama-sama hanyut mengikuti arus, tetapi aimor hanyut mencari
tempat baru supaya ia tumbuh dan berkembang-biak, sedangkan vatfur hanyut hanya mengikuti arus hingga akhirnya
terdampar di pinggir pantai lalu musnah.

14“Ko en tod laai, sian en tod lulin” (Yang kecil menarik yang besar, yang buruk menarik yang elok). Artinya:
Sesuatu usaha dimulai dari yang sedikit, yang kecil atau yang masih buruk keadaannya, asalkan sungguh-sungguh
diusahakan, tentu akan berhasil jua.

Komentar: Setiap perjuangan selalu tampak sulit pada awalnya, tetapi inisiatif untuk memulainya merupakan awal dari
keberhasilan, dan ketekunan itulah alatnya. Bukankah gedung tinggi yang megah pada awalnya hanyalah sebidang tanah?

15“Sian fatnim, ne bok maninin” (Yang buruk milik sendiri, yang elok barang pinjaman). Artinya: Biarlah jelek asalkan
milik sendiri daripada elok tetapi milik orang lain.

Komentar: Milik orang lain seringkali menarik hati kita, tetapi tidakkah engkau tahu bahwa milik kita sendiri juga menarik hati
orang lain? “Mengapa hatimu sedih bila tak punya sepatu, lihatlah si buntung bahkan tak punya kaki!”. Belajarlah mensyukuri apa
yang sudah engkau miliki.

16“Fel vatmet en dok diu” (Bagai batu besar melengket di pantat). Artinya: Perumpamaan terhadap seorang pemalas.

Komentar: Wahai pemalas, rajin itu bagaikan uang tabungan, semakin banyak ditabung semakin besar bunganya. Bangunlah dan
pergilah kepada semut, perhatikanlah kerajinan mereka, dan jadilah bijak.

17“En tub fo tom, en dir fo tad” (Tertanam sebagai sejarah, tegak sebagai bukti). Artinya: 1) Sekali ditetapkan
hendaklah dijunjung, sekali disepakati hendaklah dihormati. 2) Sejarah telah menyatakan, dan fakta telah
membuktikan.

Komentar: Kesepakatan, sejarah dan fakta, seringkali diabaikan orang demi kepentingan dirinya sendiri, bahkan sampai
merugikan pihak lain. Tetapi engkau akan dikenang karena kebajikan yang engkau lakukan, ataupun karena kesengsaraan yang
engkau ciptakan.

18“Ngung fefar nger ri’an” (Genggamlah hulu parang hingga retak). Artinya: Kata ajakan memberi semangat untuk
tetap terus berjuang dan pantang menyerah.

Komentar: Percaya diri memperkuat semangat berjuang menghadapi tantangan, melewati rintangan. >Setiap perjuangan yang
engkau lakukan membuktikan bahwa engkau pantang menyerah, dan cita-cita yang engkau capai akan menyegarkan jiwa dan
ragamu pada akhirnya.

19“Raam fo baloat” (Panjangkanlah hatimu). Artinya: Kata nasihat penghiburan kepada seseorang yang sedang
berduka atau mengalami sesuatu musibah yang menyedihkan hatinya. Juga dikatakan kepada orang yang hendak pergi
memperjuangkan tugas yang penting, supaya ia siap dan tabah menghadapi rintangan.

Komentar: Saling menasihati dan saling menghibur menebarkan kasih diantara kita. >Setiap orang yang jatuh tetapi bangkit
kembali, maka ia akan bertambah kokoh di saat pencobaan, sebab setiap duka yang kita alami mengasah diri kita untuk menjadi
kuat.

20“Limad en tok vesad, matad en tok arud” (Tangan kita tak sampai ke belikat, mata kita tak sampai ke telinga).
Artinya: Setiap manusia mempunyai batas-batas kemampuan.

Komentar: Suatu kenyataan bahwa tidak semua yang kita inginkan akan kita peroleh, dan tidak semua yang kita perjuangkan
akan berhasil. Tetapi peribahasa lain mengatakan: “It ta tai fo sor ru vakbo Hira en tai fo sor tel” (Kita memintal menjadi
dua lembar supaya Dia memintal menjadi tiga lembar). Bahwa manusia wajib berusaha supaya Tuhan lah yang akan menggenapi.

21Ora et labora!
“U en tur, faruan en haraang, mur en dunga” (Di depan menunjuk, di tengah mengasuh, di belakang
mengemudikan). Artinya: Berada di depan memberi teladan, berada di tengah memberi bimbingan, berada di
belakang memberi arahan. (bm)

Komentar: Keteladanan bagaikan pelita di depanmu supaya dan engkau mengikutinya. Bimbingan bagaikan kamus disampingmu
supaya engkau melakukannya dengan benar. Arahan bagaikan kemudi di belakangmu supaya engkau tidak tersesat. Pemimpin
yang bijak melakukan ketiga-tiganya.
22“U do faruan, mur do faruan vuk” (Yang di depan agak ke tengah, yang di belakang juga agak ke tengah)tengok jua
ke belakang, sedangkan yang di belakang tengok jua ke depan). Artinya: 1). Yang sudah berlalu menjadi pengalaman,
yang akan datang menjadi harapan. 2). Yang menang janganlah takabur, yang kalah janganlah putus asa. (bm)

Komentar: Berfikirlah dahulu sebelum bertindak. Siapa yang berada di tempat tinggi dapat saja jatuh kebawah, siapa yang
berada di tempat rendah dapat juga naik keatas. Begitulah seorang hartawan akan jatuh miskin karena kebodohannya,
sedangkan si miskin akan menjadi kaya karena kepintarannya.

DAFTAR PUSTAKA
1. Renyaan. Ph., Misil Masal – Liat Dalil – Sukat Sarang EVAV, Langgur, tanpa tahun.
2. “Masa Lalu dan Masa Depan Bahasa Kei”, Seminar, Tual, 1990.
3. Ohoitimur. Y., Hukum Adat dan Sikap Hidup Orang Kei, Seri Mitra No. 1, Manado, 1996.
4. “Membangun Maluku Tenggara Di Era Otonomi Dan Globalisasi”, Seminar, Jogyakarta, 2002

TUAL AKIBAT ABRASI
00.15 | Author: green



pantai yang rusak akibat abrasi(difur)

MENULIS DAN MENGUCAP BAHASA EVAV
23.08 | Author: green

Pada umumnya, orang mempelajari bahasa Evav secara lisan saja yaitu mendengar percakapan-percakapan dalam
bahasa Evav lalu menghafal kata-kata itu. Belum ada Tata Bahasa yang baku sehingga masyarakat Evav sendiri
mengalami kesulitan untuk menulis dan mengucap (membaca) ejaan bahasa Evav. Maka bahan pelajaran penting dalam
bahasa Evav adalah cara menulis dan mengucap ejaan bahasa Evav.
Bahasa Evav juga belum memiliki sistem tulisan yang baku, padahal ada banyak kata-kata Evav yang sama atau mirip
susunan hurufnya, tetapi mempunyai arti yang berbeda jika diucapkan dengan intonasi (tekanan suara) atau bunyi
ejaan yang berbeda. Maka sebelum mempelajari bahasa Evav lebih lanjut, perhatikanlah beberapa pedoman menulis
dan mengucap ejaan bahasa Evav seperti berikut ini.
A. Bunyi Huruf Vokal a,i,u,e,o
1. Jika huruf vokal tunggal ditulis dengan tanda garis pendek ( _ ) dibawahnya, maka diucap pendek dengan
sedikit tekanan suara (bunyi vokal pendek).
Contoh:
lek (kera) diucap pendek dengan sedikit tekanan suara, sedangkan lek (jatuh) diucap pendek tanpa tekanan
suara.
tev (tebu) diucap pendek dengan sedikit tekanan suara, sedangkan tev (lempar) diucap pendek tanpa
tekanan suara.
2. Jika huruf vokal kembar ditulis dengan tanda garis panjang ( __ ) dibawahnya, maka diucap agak panjang
dengan sedikit tekanan suara (bunyi vokal panjang).
Contoh:
laar (layar) diucap agak panjang dengan sedikit tekanan suara, sedangkan lar (darah) diucap pendek tanpa
tekanan suara.
tuun (tanjung) diucap agak panjang dengan sedikit tekanan suara, sedangkan tun (bakar, panggang) diucap
pendek tanpa tekanan suara.
3. Jika huruf vokal kembar ditulis tanpa tanda garis dibawahnya, maka diucap berulang dengan sedikit
tekanan suara pada huruf kedua (bunyi vokal berulang).
Contoh:
laar (layar) diucap agak panjang dengan sedikit tekanan suara, sedangkan lar (darah) diucap pendek tanpa
tekanan suara.
tuun (tanjung) diucap agak panjang dengan sedikit tekanan suara, sedangkan tun (bakar, panggang) diucap
pendek tanpa tekanan suara.
3. Jika huruf vokal kembar ditulis tanpa tanda garis dibawahnya, maka diucap berulang dengan sedikit
tekanan suara pada huruf kedua (bunyi vokal berulang).
Contoh:
laai (besar) diucap berulang dengan sedikit tekanan suara pada huruf kedua, sedangkan lai (merambat,
merayap)
diucap pendek tanpa tekanan suara.
faar (menyalakan api) diucap berulang dengan sedikit tekanan suara pada huruf kedua, sedangkan far
(membanting) diucap pendek tanpa tekanan suara.
vuut (ikan) diucap berulang dengan sedikit tekanan suara pada huruf kedua, sedangkan vut (sepuluh) diucap
pendek tanpa tekanan suara.

KATA GANTI ORANG
Kata Ganti Orang adalah kata yang dipakai untuk menggantikan kata benda, dan berfungsi untuk menerangkan diri
atau orang yang dimaksud.
Kata Ganti Orang Pokok: Kata Ganti Orang Pengganti:
Yaau (saya) U (saya)
O (engkau) Um atau Mu (engkau)
I (dia) En atau Na (dia)
Am (kami) Ma (kami)
Im (kalian) Bi (kalian)
It (kita) Ta (kita)
Hir (mereka) Er atau Ra (mereka)
Kata Ganti Orang Pokok sebagai subyek kalimat digunakan untuk membuat kalimat yang lengkap. Sedangkan Kata
Ganti Orang Pengganti sebagai subyek kalimat digunakan untuk membuat kalimat yang singkat.
Contoh 1: Kalimat Lengkap Kalimat Singkat
(1) Saya makan nasi Yaau u an kokat U an kokat
(2) Engkau makan nasi O um an kokat Um an kokat atau Mu an kokat
(3) Dia makan nasi I en an kokat En an kokat a tau N a an kokat
(4) Kami makan nasi Am ma an kokat Ma an kokat
(5) Kalian makan nasi Im bi an kokat Bi an kokat
(6) Kita makan nasi It ta an kokat Ta an kokat
(7) Mereka makan nasi Hir er an kokat Er an kokat atau Ra an kokat

Penjelasan (lihat Contoh 1 diatas):
a. Kalimat Lengkap (Kata Ganti Orang Pokok sebagai subyek kalimat)

Yaau (saya) + u (pasangan kata ganti Yaau) + kata kerja an (makan) + kata keterangan kokat (nasi).

O (engkau) + um (pasangan kata ganti O) + kata kerja an (makan) + kata keterangan kokat (nasi).

I (dia) + en (pasangan kata ganti I) + kata kerja an (makan) + kata keterangan kokat (nasi).

Am (kami) + ma (pasangan kata ganti Am) + kata kerja an (makan) + kata keterangan kokat (nasi).

Im (kalian) + bi (pasangan kata ganti Im) + kata kerja an (makan) + kata keterangan kokat (nasi).

It (kita) + ta (pasangan kata ganti It) + kata kerja an (makan) + kata keterangan kokat (nasi).

Hir (mereka) + er (pasangan kata ganti Hir) + kata kerja an (makan) + kata keterangan kokat (nasi).

b. Kalimat Singkat (Kata Ganti Orang Pengganti sebagai subyek kalimat)
U (pasangan kata ganti Yaau) + kata kerja an (makan) + kata keterangan kokat (nasi).
Um atau Mu (pasangan kata ganti O) + kata kerja an (makan) + kata keterangan kokat (nasi).


En atau Na (pasangan kata ganti I) + kata kerja an (makan) + kata keterangan kokat (nasi).

Ma (pasangan kata ganti Am) + kata kerja an (makan) + kata keterangan kokat (nasi).

Bi (pasangan kata ganti Im) + kata kerja an (makan) + kata keterangan kokat (nasi).

Ta (pasangan kata ganti It) + kata kerja an (makan) + kata keterangan kokat (nasi).
Er atau Ra (pasangan kata ganti Hir) + kata kerja an (makan) + kata keterangan kokat (nasi).


c. Kalimat dengan Kata Ganti Orang Pokok sebagai subyek kalimat merupakan bentuk Kalimat Lengkap. Sedangkan
kalimat dengan Kata Ganti Orang Pengganti sebagai subyek kalimat merupakan bentuk Kalimat Singkat yang
sering digunakan dalam percakapan sehari-hari (bahasa lisan). Kedua bentuk kalimat diatas, walaupun berbeda
susunannya tetapi mempunyai arti yang sama.
d. Setiap huruf awal dari Kata Ganti Orang, disarankan supaya ditulis dengan huruf besar supaya membedakan dari
kata-kata lain yang sama bentuknya tetapi berbeda artinya, seperti: I (dia) sedangkan i (ini,itu), It (kita)
sedangkan it (melihat), dan lain-lain.

Latihan
Lengkapi kalimat-kalimat dibawah ini dengan Kata Ganti Orang yang sesuai.
Kata Ganti Orang Pokok Kata Ganti Orang Pengganti
a) Saya menanak nasi ………………… vaik kokat ………………… vaik kokat
b) Engkau mengupas kacang ………………… kinin uarsin ………………… kinin uarsin atau …………… kinin uarsin
c) Dia mencuci piring ………………… vurik bingan ………………… vurik bingan atau …………… kinin uarsin
d) Kami menggoreng ikan ………………… levan vuut ………………… levan vuut
e) Kalian merebus air ………………… ahang wear ………………… ahang wear
f) Kita menanam jagung ………………… foi slar ………………… foi slar
g) Mereka menebang pohon ………………… etan ai ………………… etan ai atau …………… etan ai
h) Kami pergi ke Jakarta ………………… ba Jakarta ………………… ba Jakarta
i) Kita mengerjakan pagar ………………… dad ngean ………………… dad ngean
j) Dia mendayung sampan ………………… vehe lebleb ………………… vehe lebleb atau …………… vehe lebleb
k) Mereka mendorong perahu ………………… tuak habo ………………… tuak habo atau ……………… tuak habo
l) Engkau melempar anjing ………………… tev yahau ………………… tev yahau atau ……………… tev yahau


DAFTAR PUSTAKA
1. Renyaan. Ph., Misil Masal – Liat Dalil – Sukat Sarang EVAV, Langgur, tanpa tahun.
2. “Masa Lalu dan Masa Depan Bahasa Kei”, Seminar, Tual, 1990.
3. Ohoitimur. Y., Hukum Adat dan Sikap Hidup Orang Kei, Seri Mitra No. 1, Manado, 1996.
4. “Membangun Maluku Tenggara Di Era Otonomi Dan Globalisasi”, Seminar, Jogyakarta, 2002.


MAAP KLU KURANG LENGKAP........MOHON MASUKAN YACH....
Sekelumit Riwayat Nuhufit
16.30 | Author: green

Riwayat Nuhufit (negeri tujuh) dikenal dari keberadaan dua orang kakak beradik yang bernama Tobi (atau Towi) dan Tobai (atau Towai) yang berdiam di semenanjung selatan pantai barat Nuhu Roa (pulau Kei Kecil), yang hidup di jaman sebelum lahirnya hukum adat Larvul Ngabal di kepulauan Evav pada kurang lebih abad 15. Nama Tobi dan Tobai tersohor karena keberanian dan kelihaian mereka dalam medan perang. Alkisah, terjadi perang besar di wilayah kekuasaan raja Amotota, di bagian selatan pulau Papua. Utusan dari Amatota memohon bantuan kepada Tobi dan Tobai untuk membantu memerangi musuh mereka, maka berangkatlah kedua kakak beradik itu ke pulau Papua. Peperangan yang berlangsung sengit dan lama, pada akhirnya musuh dapat dipukul mundur. Maka sebagai hadiah kepada kedua kakak beradik itu, diberikanlah berbagai hasil negeri Amatota dan kawanan ikan laut dari berbagai jenis, antara lain tabob (ikan bulus), lanuran (sejenis ikan bubara), inaha (ikan belanak), wumur (sejenis ikan bandeng air laut), nubur dan sirsiran (sejenis ikan terbang).

Perjalanan perahu yang ditumpangi Tobi dan Tobai akhirnya tiba kembali di negeri Evav. Kampung pertama yang disinggahi adalah Faan, di pantai barat bagian utara Nuhu Roa (pulau Kei Kecil). Sebagai tanda persinggahan dan persahabatan dengan para pemuka dan masyarakat kampung Faan yang telah menerima dan melayani kedatangan mereka, maka Tobi dan Tobai melepaskan ikan wumur di perairan kampung Faan.

Kemudian Tobi dan Tobai meneruskan perjalanan ke arah pantai barat Nuhu Roa melintasi tanjung nidin (di perairan dekat pantai Ohoidertawun). Di perairan kampung-kampung Wab, Ohoira dan Ohoiren, dilepaskan pulan ikan nubur dan sirsiran. Kemudian perjalanan dilanjutkan hingga sampailah Tobi dan Tobai di pantai Abavan (suatu tempat di pesisir pantai antara kampung Somlain dan kampung Metwair). Tidak jauh dari situ, yaitu di pantai Nguurbloat (pasir panjang), terdapat peninggalan Tobi dan Tobai berupa satu tiang batu yang menjulang dari dasar laut, yang disebut Towi Ni Le’at (penokong

perahu milik Towi). Di pantai Abavan inilah Tobi membangun tembok dari tumpukan batu-batu di laut sebagai kandang bagi kawanan tabob miliknya. Reruntuhan bangunan tembok batu itu sampai sekarang masih ada. Sedangkan kawanan ikan lanuran dilepaskan di pantai kampung Ohoidertutu.

Diriwayatkan pula bahwa keberadaan ikan inaha di perairan kampung Rumat, di bagian tengah pantai timur Nuhu Roa, berasal dari pemberian Tobi dan Tobai sebagai hadiah perkawinan (bekal hidup) kepada salah satu saudari mereka yang kawin di kampung Rumat. Konon kawanan ikan inaha itu berpindah tempat ke perairan kampung Rumat, mengikuti emas pusaka yang dibawa oleh saudari mereka yang pindah ke kampung Rumat.

Dari riwayat Tobi dan Tobai, serta penyebaran keturunan mereka ke kampung-kampung dan pulau-pulau di sekitarnya, dikemudian hari dikenal suatu “kawasan kekerabatan” yang disebut Nuhufit. Nuhufit terdiri atas 7 negeri yang lazimnya disebut “tuun en fit”, yaitu Ohoira, Ohoiren, Somlain, Metwair, Warbal, Ur, dan Atnebar. Ditambah 3 negeri yang lazimnya disebut “lair en tel”, yaitu Ohoidertutu, Ohoitom dan Savav. Secara keseluruhan maka perkataan “tuun en fit enhov lair en tel” lazimnya dipakai sebagai sebutan terhadap Nuhufit.
Perkataan tuun dan lair secara harafiah berarti tanjung, tetapi dalam konteks kekerabatan Nuhufit, maka perkataan tuun dan lair disini berarti negeri, sehingga perkataan “tuun en fit enhov lair en tel” berarti “tujuh negeri bersama tiga negeri” yang bersatu dalam kekerabatan Nuhufit.


Editor : Beno. M (Bojonegoro, Mei 2004).
Nara Sumber : Vitus Ngamel (Jogyakarta), Leo Elsoin (Probolinggo).Catatan Editor:
Jika ada kesalahan-kesalahan dalam edisi ini, semata-mata dikarenakan keterbatasan pengetahuan kami. Koreksi dan saran dari para pembaca akan kami terima dengan senang hati. Salam persaudaraan “ain ni ain”.


kembali ke KEARIFAN EVAV
16.14 | Author: green
Kerifan masyarakat Evav dalam menjaga, mengolah, dan melestarikan sumberdaya alamnya sebagaimana diulas kembali oleh almarhum J.P. Rahail (Raja Adat Maur Ohoiwut) dalam bukunya Batbatang Fitroa Fitnangan (1995), menunjukan bahwa sesungguhnya peradaban masyarakat Evav sejak dahulu sudah memiliki kearifan yang berwawasan lingkungan. Tanpa pakar kehutanan, tanpa sarjana pertanian ataupun ahli kelautan, mereka (masyarakat Evav tempo dulu) telah meletakkan konsep-konsep pelestarian alam dengan cara mereka sendiri. Hanya dengan cara mengamati sendiri dan didorong oleh kecintaan kepada alam negerinya, mereka sudah menerapkan apa yang kita kenal di jaman modern ini sebagai Tata Guna Lahan atau Tata Guna Kawasan. Bukti bahwa mereka memiliki kearifan yang berwawasan lingkungan, dapat
disimak mulai dari syair-syair tua yang menjadi falsafah hidup mereka, sampai dengan pola pembagian lahan untuk kawasan darat maupun kawasan laut.
Syair - 1:
batbatang nuhu met,
fitroa fitnangan,
vuut er is waar,
medar er sai roan,
kuwlai ukadir rir wai dok tub.
menjaga tanah dan pantai,
laut dan darat,
ikan-ikan mematuk akar,
kuskus memakan dedaunan,
tempat kediaman ulat dan cacing.
Syair ini memberi gambaran yang jelas bagi kita bahwa manusia dan alam beserta segenap isi kandungannya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Perkataan fitroa fitnangan (tujuh di laut, tujuh di darat) berarti sudah mencakup keseluruhan yang ada di laut maupun di darat. Bahkan lebih ditegaskan lagi bahwa ulat dan cacing sekalipun, mempunyai hak untuk hidup di tempat keberadaannya. Manusia dan alamnya hidup untuk saling menghidupi.




Syair – 2:
it dok fo ohoi, it mian fo nuhu,
it dok did kovaat doknain, it vivnon did bamiir,
it var afa ohoi nuhu hov ni adat,

duad n hov angnan vuk.
kita tinggal (hidup bersama) demi kampung kita, kita menetap (hidup bersama)demi negeri kita,
kita tingal di tempat kediaman kita sendiri, dan kita tetap menjinjing bagian milik kita,
kita menjaga pusaka negeri kita bersama hukumnya,
kita hidup tegak selurus-lurusnya,
dengan demikian hukum menjaga dan memelihara hidup kita,
para leluhur kita pun turut menyayangi kita,
dan Allah mengasihani kita.
Syair falsafah hidup masyarakat Evav ini meletakkan konsep-konsep dasar tentang kehidupan manusia secara universal. Bahwa mereka hidup bersama-sama di suatu negeri, dan memenuhi kebutuhan hidupnya dari hasil-hasilnya alam negeri itu. Mereka secara bersama-sama menjaga dan memelihara negeri beserta hasil-hasil alamnya (laut dan darat) untuk keberlangsungan hidup mereka.
Bahwa mereka menempati wilayah mereka sendiri dan menegakkan hak milik mereka. Mereka percaya bahwa dengan menghormati budaya dan menjunjung tinggi hukum adat, serta hidup dengan selurus-lurusnya dan seadil-adilnya, maka hidup mereka akan dilindungi oleh hukum adat, para leluhur dan Allah sendiri.
Falsafah hidup menggambarkan dengan jelas tentang hubungan antara manusia dengan alamnya, hak-hak asasinya manusia, pelestarian budaya, moral, bahkan religius.
it vait neblo uban ruran,
ikbo adat enfangnan enbatang haraang,
nit yamad ubud nusid hov erbatang fangnan,

oleh: BENO.M (sby)




TOM NUFIT
16.04 | Author: green
1.Nuut en fit fo Nufit o he, Nufit o he fo o u o he, ne Ursiu o he fel Lorlim fomur,
2.Roa o he fo o roa o he fo Haroa o he, nangan o he fo nangan o he fo Harnangan o he,
3.Un El ba n’haviv Kot Fit n’yal Nuhu Teen Vat Sua Song fo o Haroa o he fo Lor Nufit o he,
4.Kanew ba n’halil Babakain n’yal Sitharnol Iso Tarfuun fo o Harnangan o he fo Lor Bibtet Ratsiu o he,
5.Tutvev o he fo o Un El o he. Reli o he fo ni wai doknain fo Nufit Haroa ni Lor Nufit o he,
6.Lamutan o he fo o Kanew o he. Sitharnol o he fo ni wai doktub fo Nufit Harnangan ni Lor Bibtet Ratsiu,
7.

(1)Nuut en fit (runuut en fit : tujuh kelompok) menjadi Nufit, Nufit sudah ada lebih dulu sedangkan Ursiu Lorlim ada kemudian,
(2)Haroa (nufit roa) sebutan untuk kelompok nufit laut, Harnangan (nufit nangan) sebutan untuk kelompok nufit darat,
(3)Un El (gelar pembesar / Hilaai) memimpin kelompok masyarakat Nufit Roa yang disebut Lor Nufit meliputi Nuhu Teen (wilayah pesisir darat) sampai Vatsua song (p. Kuur), dengan hukumnya bernama Kot Fit.
(4)Kanew (gelar pembesar / Hilaai) memimpin kelompok masyarakat Nufit Nangan yang disebut Lor Bibtet Ratsiu meliputi Sitharnol sampai Iso Tarfuun (wilayah pesisir timur), dengan hukumnya bernama Babakain.
(5)Tuvtet Lorubun adalah pemimpin bergelar Un El. Reli (Madwaer) adalah tempat domisilinya,


(Kita menjaga dan memelihara negeri Evav beserta segenap isi kandungannya tetap lestari)

Ketersediaan air semakin hari semakin menurun sementara kebutuhan air semakin hari semakin meningkat. Kuantitas dan kualitas air sangat bergantung pada kelestarian lingkungan kita. Kenyataannya hutan dan vegetasi yang berada didalamnya sudah banyak mengalami kerusakan akibat penebangan pohon tanpa kendali, bahkan kerusakan hutan sudah terlihat jelas menjalar sampai ke kawasan hutan-hutan lindung kita (Yaat Warain).
Memang penebangan pohon tanpa kendali itu bukanlah satu-satunya sebab, justru alih fungsi lahan hutan menjadi lahan perkebunan atau pemukiman, bahkan untuk keperluan pembangunan infrastruktur dan fasilitas umum lainnya juga turut mempersempit lahan hutan kita.

Dewasa ini, kerusakan dan penyusutan lahan hutan di pulau-pulau besar seperti Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan lain lain telah berdampak pada penurunan kuantitas dan kualitas air bagi penduduk setempat. Justru kawasan hutan yang sempit di pulau-pulau kecil seperti Nuhu Evav itulah yang harus mendapat perhatian yang lebih serius dari kita semua untuk mempertahankan kelestariannya.

Diperlukan kebersamaan kita untuk segera bertindak sebelum terlambat. Menyelamatkan dan menjaga kelestarian hutan dan ketersediaan air di bumi Evav, jangan lagi ada pro dan kontra diantara kita. Air adalah kehidupan dan kehidupan itu milik kita semua, maka marilah kita bersatu-padu dalam visi, misi dan tindakan yang nyata.

“Ai ernem vakbo ngean, ne vat ernem vakbo lutur”
(Kayu disusun-susun supaya menjadi pagar, begitu pula batu ditumpuk-tumpuk supaya menjadi tanggul)

“Ai ental nangan do enhov vakbo habo ro enloi roa, ne vat ental roa do enhov vakbo lutur rat endir nangan”
(Kayu dari darat diikutsertakan supaya membangun perahu yang berlayar di laut, begitu pula batu dari laut diikutsertakan supaya membangun tembok yang berdiri di darat)

“Ded ainmehe entuur, ne belan ainmehe ni barloang”
(Hanya ada satu jalan menyambung, dan hanya ada satu muatan perahu)

Sejak berabad-abad yang lalu, kebersamaan itu sudah hidup di bumi Evav. Kitalah pewarisnya sekarang dan anak cucu kita akan mewarisinya kelak. Kita secara bersama-sama pula menjaga dan memelihara alam negeri tempat kediaman kita sendiri, yaitu Nuhu Evav. Manusia-manusia Evav dan lingkungan alam Evav hidup untuk saling menghidupi !

Kita meneladani kearifan yang dimiliki oleh pendahulu-pendahulu kita yakni Teteen Evav. Keteladanan membangkitkan alam pikiran sadar seseorang. Dengan keteladanan, orang akan berbuat sesuatu bukan atas dasar perintah atau permintaan dari orang lain, melainkan perintah atau permintaan yang timbul dari kesadaran dirinya sendiri. Jadilah teladan bagi orang lain supaya merekapun menjadi teladan bagi yang lainnya. Teladan yang baik akan menyenangkan hati.

Alam dan lingkungannya diciptakan oleh Allah, Tuhan Yang Maha Esa untuk sebesar-besarnya kesejahteraan hidup umatNya, bukan untuk dst (lihat Kejadian & Alquran). Menjaga dan memelihara alam dan lingkungannya adalah pelaksanaan iman kita kepada Allah.


15.21 | Author: green

It taha batbatang Nuhu Evav enhov n barloang fo envait sluruk

(Kita menjaga dan memelihara negeri Evav beserta segenap isi kandungannya tetap lestari)


Ketersediaan air semakin hari semakin menurun sementara kebutuhan air semakin hari semakin meningkat. Kuantitas dan kualitas air sangat bergantung pada kelestarian lingkungan kita. Kenyataannya hutan dan vegetasi yang berada didalamnya sudah banyak mengalami kerusakan akibat penebangan pohon tanpa kendali, bahkan kerusakan hutan sudah terlihat jelas menjalar sampai ke kawasan hutan-hutan lindung kita (Yaat Warain). Memang penebangan pohon tanpa kendali itu bukanlah satu-satunya sebab, justru alih fungsi lahan hutan menjadi lahan perkebunan atau pemukiman, bahkan untuk keperluan pembangunan infrastruktur dan fasilitas umum lainnya juga turut mempersempit lahan hutan kita.
Dewasa ini, kerusakan dan penyusutan lahan hutan di pulau-pulau besar seperti Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan lain lain telah berdampak pada penurunan kuantitas dan kualitas air bagi penduduk setempat. Justru kawasan hutan yang sempit di pulau-pulau kecil seperti Nuhu Evav itulah yang harus mendapat perhatian yang lebih serius dari kita semua untuk mempertahankan kelestariannya.
Diperlukan kebersamaan kita untuk segera bertindak sebelum terlambat. Menyelamatkan dan menjaga kelestarian hutan dan ketersediaan air di bumi Evav, jangan lagi ada pro dan kontra diantara kita. Air adalah kehidupan dan kehidupan itu milik kita semua, maka marilah kita bersatu-padu dalam visi, misi dan tindakan yang nyata.
> “Ai ernem vakbo ngean, ne vat ernem vakbo lutur”

(Kayu disusun-susun supaya menjadi pagar, begitu pula batu ditumpuk-tumpuk supaya menjadi tanggul)


>“Ai ental nangan do enhov vakbo habo ro enloi roa, ne vat ental roa do enhov vakbo lutur rat endir nangan”

(Kayu dari darat diikutsertakan supaya membangun perahu yang berlayar di laut, begitu pula batu dari laut diikutsertakan supaya membangun tembok yang berdiri di darat)

>“Ded ainmehe entuur, ne belan ainmehe ni barloang”

(Hanya ada satu jalan menyambung, dan hanya ada satu muatan perahu)


Sejak berabad-abad yang lalu, kebersamaan itu sudah hidup di bumi Evav. Kitalah pewarisnya sekarang dan anak cucu kita akan mewarisinya kelak. Kita secara bersama-sama pula menjaga dan memelihara alam negeri tempat kediaman kita sendiri, yaitu Nuhu Evav. Manusia-manusia Evav dan lingkungan alam Evav hidup untuk saling menghidupi !
Kita meneladani kearifan yang dimiliki oleh pendahulu-pendahulu kita yakni Teteen Evav. Keteladanan membangkitkan alam pikiran sadar seseorang. Dengan keteladanan, orang akan berbuat sesuatu bukan atas dasar perintah atau permintaan dari orang lain, melainkan perintah atau permintaan yang timbul dari kesadaran dirinya sendiri. Jadilah teladan bagi orang lain supaya merekapun menjadi teladan bagi yang lainnya. Teladan yang baik akan menyenangkan hati.
Alam dan lingkungannya diciptakan oleh Allah, Tuhan Yang Maha Esa untuk sebesar-besarnya kesejahteraan hidup umatNya, bukan untuk dst (lihat Kejadian & Alquran). Menjaga dan memelihara alam dan lingkungannya adalah pelaksanaan iman kita kepada Allah.